Translate

Selasa, 27 Januari 2015

Misi Terelesaikan


                Aku terdiam, ketika aku benar-benar mengetahui hal yang sesungguhnya. Aku termenung mengingat semua kata yang terucap lewat mulutmu yang tak sesuai dengan kenyataan yang ada, entah engkau atau dia yang berharap terlalu besar. Sampai-sampai semua ini terjadi dan sangat membingungkan. 
mungkin sebaiknya ku diam dan menjauh dari kalian, supaya namaku ini tak lagi menjadi kelabu. mereka diluar sana tak tau apa yang telah terjadi sebenarnya, apa yang pernah kau ucap padaku hanya aku, kau dan tuhanlah yang tau. Rasanya aku ingin membuka semua dan menceritakan kepada mereka, menceritakan hal yang sebenarnya tak ingin aku ceritakan. tapi kenyataanlah yang memaksaku untuk menceritakan, kamulah yang memulai dahulu. .
                Awalnya aku hanya ingin mengetahui kebenaran, tapi saat misiku ini terselesaikan, hatiku terasa sakit. Seolah aku merasa ditengah-tengah hutan yang tidak berpenghuni. tak tahu kemana harus menerangi hati. Membisu dikalanagan orang yang sedang berpest ria, menangis dikalangan orang yang sedang tertawa lepas. Mereka tak tahu, mereka hanya bisa melihat dan mendengardari sepihak saja. kenapa? kenapa mereka tak bertanya kepada beberapa pihak yang bersangkutan? apa susahnya bertanya, apakah berat mengatakan sepatah kata untuk menerangi semmuannya. Jangan hanya menyalahkan sepihak saja.
                Kamu, kau dan kalian semua serasa tak adil kepadaku. meski ini misi ku, namuntak seperti ini juga. Ketika dia mengaku tak ada apa-apa dengan mu, tapi kenyataannya di sosial media dia seolah mengatakan bahwa dia memang bersamamu. Sungguh sesuatu yang membingungkan. Mungkin aku harus mulai menata misi kedua ku.

Pagi ini begitu cerah, tapi sayangnya tak secerah hatiku. Aku terhanyut dalam lamunan, tiba-tiba tersentak kaget mendengar ringtone ponsel genggamku yang tak henti-hentinya berdering. Ternyata Amah yang menelfonku, ada apa anak ini menelfonku? Gumamku dalam hati. Semula aku tak ingin menjawab telfonnya, karena hatiku memang tak lagi memihak pada anak ini. Entah apa yang terjadi diantara mereka berdua sehingga berhasil membuatku bingung dengan status keduannya. Disatu pihak berkata iya dan disatu pihak berkata tidak. Hemm sungguh membingungkan..
Seketika Digo juga ikut-ikutan menghubungiku, terlihat di ponsel genggamku ada beberapa pesan, dia meminta maaf jika dia membuatku marah. Lebih tepatnya aku ini tidak marah, namun aku hanya kecewa. Kecewa dengan apa yang Digo ucapkan seolah semua tak sama dengan kenyataannya. Hem tapi mungkin aku yang terlalu percaya pada semua ucapan, meski sebenarnya dalam hatiku ada sesuatu yang mengganjal. Tapi aku tak tahu pasti apa sesuatu yang mengganjal itu. Kini aku telah mengetahuinya, ternyata yang mengganjal itu adalah diantara Digo dan Amah ternyata sudah ada hubungan yang lebih dari teman, yang setahuku mereka hanya berteman dan sering keluar. Sebenarnya kedekatanku dengan Digo cukup dekat, hanya saja aku yang sedikit membatasi kedekatan kami. Di hati ini memang ada sedikit rasa untuk Digo, tapi rasa ini hanya sebatas kagum yang terkadang terselip rasa cemburu ketika Amah dan DIgo teramat dekat.
Kini aku telah mengetahui segalanya, aku mengetahui apa yang menganjal di hatiku, aku mengetahui siapa kalian sebenarnya, seperti apa kalian sebenarnya. Dan kini tak ada lagi hal yangmenganjal dalam hati, maka dari itu jangan sampai kalian membuat batu menyumpat hatiku lagi. Tetaplah normal dan bertindak sewajarnya. Aku tak apa-apa dengan kebenaran hubungan kalian ini, tapi aku hanya meminta kejujuran saja. Apalah arti popularitas jika itu akan mengabaikan kejujuran? Bukankah kejujuran adalah hal yang penting. ( NH* )